Tribrata, Balikpapan – Jarum jam masih menunjukkan pukul 10 pagi, waktu Indonesia Tengah (WITA). Hiruk pikuk di ruangan berukuran 40 x 50 meter persegi di Asrama Haji Balikpapan tidak mengganggu keceriaan seorang anak yang tetap bahagia meskipun di tengah keramaian.
Anak itu bernama Abizar Raufa Marzuki berusia 6 tahun. Wajahnya begitu polos seperti fitrahnya seorang anak yang masih senang bermain, berlari, melompat, serba ingin tahu serta melakukan banyak hal.
Tapi tidak dengan Abizar, tidak bisa memilih apalagi melawan takdir dari Sang Maha Pencipta. Ia terbaring sejak lahir di tempat tidur karena kedua kakinya mengalami ketidaknormalan karena menderita cerebral palsy yang mengakibatkan tidak bisa berjalan seperti anak pada umumnya.
Pasti tidak mudah bagi orangtua Abizar menerima kenyatan hidup dari anak ketiganya. Sebab, kedua anaknya lahir dan tumbuh dalam keadaan sehat dan normal. Bagi sang ibu, Abizar adalah permata dari kesabaran.
Rasa cinta seorang ibu telah menguatkan tekad bulat untuk memberikan yang terbaik bagi Abizar. Selain doa khusuk dipanjatkan, juga melakukan terapi bertahun-tahun agar sang buah hati minimal bisa menggerakkan kedua kakinya dan bermimpi bisa berjalan dan kembali normal.
Langit di atas Kota Balipapan, laksana mendadak mendung mendengarkan kisah pilu dari seorang Abizar. Perlahan butiran-butiran air kesedihan pun jatuh di pipi sang ibu mengenang kisah sang buah hatinya. “Sudah sejak lahir Abizar mengalami kondisi seperti ini,” ujar Ibu Abizar.
Kisah pilu Abizar sampai ke telinga Menteri Sosial Tri Rismaharini yang langsung menurunkan salah satu unit kerja dibawah Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yaitu Sentra Budi Luhur di Banjarbaru Kalimantan Selatan untuk melakukan asesmen.
Diungkapkan oleh Kepala Sentra Budi Luhur Badriyah mengunjungi kediaman Abizar dan melakukan pengukuran untuk diberikan alat bantu berjalan atau walker dengan menyesuaikan berat dan tinggi anak.
“Saat asesmen dilihat fungsi gerak si anak. Apakah masih bisa melangkah atau tidak, karena ada anak cerebral palsy lemah sehingga duduk tidak bisa. Jika anak masih bisa berdiri memegang tembok atau kursi untuk perpindahan, maka anak bisa menggunakan walker,” ujarnya kepada wartawan, Jum’at (10/03/23).
Takdir tidak bisa dirubah karena Cerebral palsy tidak ada obatnya, yang merupakan sekelompok kelainan yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak dan mempertahankan keseimbangan dan postur tubuh. Walker adalah sarana untuk memaksimalkan fungsi kinetik tangan dan kaki, dan meminimalisir terjadinya antropi otot kaki manakala tidak dilatih untuk terus bergerak.
Seperti langit yang kembali cerah dan menteri pagi membagikan kehangatan kepada seisi alam. Iya. Satu unit Walker, yang diterima Abizar harganya tak seberapa jika dinilai dari rupiah, tapi secercah asa kembali membuncah. Ternyata harapan itu masih ada!
Kementerian Sosial selalu hadir di tengah masyarakat dengan menginspirasi untuk memupuk semangat persaudaraan, gotong royong dan peduli terhadap sesama.(yadi)
Karyamu Adalah Sejarahmu (pusat)
Tinggalkan Balasan